Para jamaah begitu semangatnya untuk mengikuti acara Manakiban Di Masjig Kubah Emas
Dian Al Mahri. Foto: DKM Masjid Kubah Emas
|
MKE, Jakarta - Lantunan Sholawat Bani Hasyim yang berkumandang di masjid Kubah Emas menggema di udara di tengah terik matahari pagi yang mulai ‘membakar’. Namun suhu yang cukup menyengat itu tidak menyurutkan puluhan ribu ikhwan yang datang dari berbagai daerah di DKI Jakarta, Propinsi Banten dan Jawa Barat untuk ‘itikaf dibawah kubah emas dalam rangka meleburkan bersama dalam pengajian manaqiban perdana di masjid yang didirikan oleh Ibu Hj. Dian Juriah Maimun Al Rasyid itu pada hari Sabtu 18 Syawal 1429 H atau 18 Oktober 2008 tahun lalu. Terlihat ratusan mobil para ikhwan, terdiri dari bis dan mobil pribadi menyesaki area parkir wisata religi kubah emas yang luas itu.
Jam 08.00 pagi, acara pun dimulai. Dengan khidmat para ikhwan melaksanakan khataman Thoriqot Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) PP.Suryalaya yang dipandu oleh Ust. Danial Luth.fi, S.Sos.I hingga berakhir jam 09.15. Khataman merupakan rangkaian aurad (wirid) yang disusun oleh Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul “Arifin (Abah Anom). Amaliyah ini merupakan integrasi antara membaca al-Qur’an. istighfar, sholawat serta do’a.
Usai khataman, acara dilanjutkan dengan majlis do’a. Dalam amaliyah ini, para ikhwan membaca hadiah fatihah bagi kesehatan dan kesejahateraan pembimbing ruhani mereka yaitu Abah Anom di PP. Suryalaya, hadiah fatihah untuk keluarga besar pendiri Masjid Kubah Emas, juga kepada para ikhwan yang hadir, serta untuk kejayaan agama dan Negara. Menurut keterangan Ajengan Gaos (panggilan populer KH. M. Abdul Gaos Saefulloh Maslul), wakil talqin TQN PP.Suryalaya yang juga ‘inspirator’ bagi terselenggaranya manaqiban di berbagai masjid besar dan bersejarah, pada tahun 1974 dirinya mendapat arahan langsung dari Abah Anom untuk membaca hadiah Alfatihah, al-Ikhlas, al-Falaq dan An-Naas masing-masing 1 kali untuk kejayaan agama dan negara.
Dikatakannya pula, pembacaan hadiah fatihah tersebut sebagai pencerminan bentuk syukur ni’mat atas anugerah Alloh yang diberikan melalui perantaraan manusia. “Tidak bersyukur kepada Alloh, orang yang tidak bersyukur kepada manusia yang menjadi perantaraan nikmat.” “Berkenaan dengan manaqiban di Kubah Emas, kita sampaikan terimakasih kepada dr. Dita Achadhno, MARS dan Lotita Agustina serta Iis Laeliyah Dahlia dan Satrio Dewandoro. Dengan washilah perjuangan mereka, manaqiban bisa dilaksanakan di Kubah Emas, “ungkap Ajengan Gaos.
Manakiban, Pengajian Penuh Berkah
Dalam bukunya yang berjudul Lautan Tanpa Tepi hal.35, KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul mengungkapkan: dasar penyelenggaraan manaqiban adalah hadits Rosululloh Muhammad Saw yang diriwayatkan Ad Dailami dari Mu’ad, “Dzikrul Anbiyaa-i minal ‘ibaadati wa dzikrus-sotihiina kifarotun wa dzikrvl mauti shodaqotun wa dzikrul qobri yuqom’bukumul jannata” yang artinya mengingat para Nabi adalah ‘ibadah, dan mengingat orang-orang yang sholeh menghapus dosa dan mengingat mati, shodaqoh dan mengingat akan dikubur mendekatkan kamu sekalian ke surga.
Kini pengajian manaqiban TQN. PP.Suryalaya telah tersebar luas ke berbagai wilayah di Indonesia maupun di luar negeri seperti : Malaysia, Singapura. Thailand, Brunei Darusaalam bahkan di wilayah Eropa dan Amerika. Penyelenggaraannya tidak hanya dilaksanakan di rumah-rumah para ikhwan bahkan tembus di hotel-hotel berbintang sampai di masjid-masjid negara. Seperti halnya pengajian manaqiban di dalam negeri maupun di luar negeri, pengajian manaqiban di Kubah Emas pun berlangsung dengan tenang, tertib, dan penuh rasa khusyu. Sekalipun telah duduk berjam-jam lamanya, mereka tak bergeming sedikitpun. Bagi para ikhwan, duduk berlama-lama dalam majlis manaqiban terlebih lagi jika diselenggarakan di masjid merupakan kenikmatan tersendiri.
Pengajian manaqiban terdiri dari 2 mata acara pokok. Pertama, khidmat amaliyah yang terdiri dari : a. pembacaan ayat suci al-Qur’an beserta sholawatnya, b. pembacaan Tanbih yaitu wasiat Syekh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad yang terkenal dengan panggilan Abah Sepuh kepada para muridnya untuk senantiasa taat pada aturan agama dan negara yang pada akhirnya membentuk pribadi-pribadi Insan Kamiil. c. pembacaan tawassul serta d. pembacaan manaqib (riwayat hidup/sejarah) Syekh Abdul fejodir al-Jailani yang merupakan silsiiah ke-19 TQN PP. Suryalaya.
Beliau adalah seorang sufi besar sepanjang jaman yang juga penerus perjuangan risalah yang dibawa Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi waasalam. Kedua, khidmat ilmiah yaitu sarana bagi para ikhwan untuk mendengarkan curahan ilmu Alloh yang disampaikan lewat lisan para mubaligh. Dari khidmat ilmiah inilah para ikhwan mengetahui secara keilmuan berbagai hal yang berkenaan dengan ajaran Islam.
Pada manaqiban di Kubah Emas ini, beberapa orang memperoleb kehormatan untuk turut berkhidmat menjadi petugas pelaksana khidmat manaqiban, antara-lain: pembacaan ayat suci al-Qur’an beserta shalawatnya dilantunkan oleh Qori Internaaional, KH. Abdul Aziz yang juga pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’an Alflidayah Kawali Ciamis, selanjutnya Pembacaan Tanbih oleh Ust. Yaya, S.Ag., M.Pd pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhlisin Parung Bogor, Pembacaan tawassul oleh KH. Sirojuddin Ruyyani seorang wakil talqin dari Propinsi Banten dan pembacaan manaqib Syekh Abdul Qodir al-Jailani oleh Ust.Saiful Bahri, sekretaris Yayasan Serba Bakti PP.Suryalaya Korwil DKI Jakarta.
Untuk khidmat ilmiah, disampaikan oleh 3 orang mubaligh yakni: Tabarruk kitab Miftahush-shudur karya Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul’ Arifin oleh Ust. Didin Sholehudin, pengasuh sebuah pesantren di Ciamis, kemudian duet da’i/da’iyah terbaik TPI yaitu Ust. Dadang Muliawan dan Ustdzh. Witrin Nurjutstiatini, S.Sos. yang merupakan pasangan suami istri. Dalam ceramahnya, pasangan da’i/da’iyah tersebut mengupas secara mendalam arti sebuah cinta. Cinta pada suami/istri ada batasnya apalagi cinta kepada benda adalah semu. Cinta yang hakiki adalah cinta kepada Alloh. Ciri cinta pada Alloh adalah senang dzikrulloh
“Alamatu hubbillahi dzikrillahi wa alamatu bughdillahi bughdu dzikrillahi” yang artinya Ciri cinta pada Alloh senang (cinta) dzikrulloh. Ciri benci pada Alloh benci dzikir kepada-Nya.”
Ustadzah Witrin sekaligus memandu hadirin dengan do’a yang diajarkan Nabi Muhammad Saw agar cinta pada Alloh.
‘Allohumma innii as-aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wa hubba maa yuqonibunli hubbaka Alloohummaj’al hubbaka ahabba ilayya min nafsii wa ahliii wa mm maa-il baaridi”. Ya Alloh, aku memohon pada-Mu agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu, mencintai apa-apa yang mendekatkanku untuk mencintai-Mu. Ya Alloh, jadikanlah mencintai-Mu lebih aku cintai daripada mencintai diriku, keluargaku, dan dari pada mencintai air yang sejuk.”
Usai ketiga mubaligh muda menyampaikan ilmu Alloh melalui lisan mereka, selanjutnya KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul menguraikan perbedaan antara majlis talqin.dan majlis ta’lim. Dengan gaya khasnya, kyai yang juga seorang penulis produktif ini mengatakan majlis ta’lim hanya untuk mengajarkan seluruh ilmu sedangkan majlis talqin hanya untuk mengajarkan kalimah Laa llaaha Illallooh, “ Kalau kalimatta’lim, tempatnya dimajlista’lim, gurunya disebut mu’allim, muridnya disebut muta’allim, yang diajarkan ‘ilmu-ilmu, sasarannya menjadi 4alim, waktunya relatif lama. Derbeda dengan majlia talqin. Tempatnya disebut Riyadlul Jannah (taman surga), gurunya dinamakan Syekh Mursyid, pelajaranya disebut murid, sasarannya menjadi dzaakir, waktunya sangat singkat, yang pertama 9 detik mentalqinkan Laa llaaha Illallooh langsung terasa dan yang kedua dzikir khofi/dzikir qolby yang ditanamkan dalam hati tanpa suara kurang dari 1 menit sudah terasa.
Usai acara khidmat ilmiah, acara dilanjutkan dengan talqin dzikir. Ribuan orang yang hatinya telah dibukakan oleh Alloh menerima anugerah besar tersebut yakni ditanamkannya kalimah talqin Laa llaaha llalloh untuk terpatri abadi di dalam run mereka. Dengan talqin dzikir lah mereka dipersiapkan untuk belajar kembali pada Alloh dengan membawa qolbun salim. Hati yang selamat dan sejahtera.
Ditegaskan pula oleh Ajengan Gaoa bahwa seseorang yang telah menjadi ahli Laa llaaha llalloh tiada rasa takut di kubur dan ketika bangkit dari kubur. Di dalam kitab Miftahuah-ahuduur diterangkan:
“Laisa ‘alaa ahli Laa llaaha lliallooh wahsyatun fii qubuurihim wa laa fii nusyuuhhim”. Tiada rasa takut bagi ahli Laa llaaha lliallooh di kubur dan ketika bangkit dari kubur.
Usai sholat dzuhur berjama’ah dengan dzikir TQN-nya, para ikhwan pun kembali ke tempat nya masing-masing.
Suryalaya Sang Penebar Berkah
Berbicara manaqiban, tak lepas dari sejarah panjang berdirinya Pesantren Suryalaya yang kini telah beruaia 103 tahun. Betawal dari sebuah masjid di Kampung Godebag, Pesantren Suryalaya didirikan oleh Syekb Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad yang terkenal dengan panggilan Abah Sepuh, pada 5 September 1905. Suryalaya sendiri diambil dari dua suku kata bahasa Sunda, yakni surya yang berarti matahari dan laya yang berarti tempat terbit. Inti ajarannya, melatih murid untuk selalu ingat kepada Allah (zikrulloh) dalam keadaan apapun.
Pada awal kiprahnya, Abah Sepuh yang merupakan murid Syekh Tholhah bin Tolabudin Kalisapu Cirebon ini mendapat rintangan dari Pemerintah Kolonial Belanda. Gangguan ini bukannya menjadi hambatan, justru memupuk rasa nasionalisme Abah Sepuh. Perlawanan ‘ulama kelahiran tahun 1836 ini dilakukan secara tidak langsung, yakni lewat pendidikan kepada para santrinya. Bagi Suryalaya, semangat nasionalisme bukan lagi sekedar wacana tetapi telah ditanamkan 40 tahun sebelum Indonesia Merdeka bahkan 3 tahun sebelum berdirinya perkumpulan Boedi Oetomo pada tahun 1908 (yang kelahirannya dianggap tonggak kebangkitan nasional), jiwa cinta tanah air ini telah ditanamkan secara kokoh di hati sanubari murid-murid Abah Sepuh.
Kiprah Abah Sepuh untuk membangun kejayaan agama dan negara dan membentuk manusia-manusia cageur bageur lahir batin (insan kamil) kemudian dilanjutkan oleh putranya Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin yang terkenal dengan panggilan Abah Anom. Beliau memimpin Suryalaya semenjak 25 Januari 1956. Saat Abah Sepuh wafat, selain mewariskan pesantren beserta ajaran thoriqotnya, juga meninggalkan wasiat atau dikenal dengan tanbih, yang isinya meminta kepada segenap murid Suryalaya untuk taat pada ajaran agama (Islam) serta tak melanggar aturan negara.
TQN PP Suryalaya kini telah mengglobal. Kiprahnya bukan saja untuk perbaikan ruhani umat dengan metode dzikirnya. Tetapi juga merambah kedalam pembangunan riil. Kini manaqiban telah menjadi icon bagi perkembangan dakwah di Indonesia sebagai sebuah bentuk pengajian yang telah teruji oleh jaman dan memberikan konstribusi besar bagi moralitas bangsa.
Posting Komentar