BREAKING NEWS

Join the Club

Senin, 01 Mei 2017

Beratnya Mempertahankan Mahkota Surga

Foto: Khanasya
MKE, Jakarta - Digambarkannya surga di telapak kaki ibu, sejatinya tidak lebih dari ujian. Sanggupkah, sosok ibu bisa mempertahankan kemuliaan mahkotanya?

Penghormatan kepada seorang ibu telah dicontohkan Rasulullah Muhammad Saw 1.500 tahun lalu. Abu Hurairah menceritakan, suatu hari ada seorang yang datang kepada Nabi Muhammad Saw seraya bertanya: “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?” Rasulullah menjawab: “Ibumu!” Orang itu bertanya lagi: “Lalu siapa?” “Ibumu!” jawab Beliau. “Lalu siapa lagi, ya Rasulullah?” tanya orang itu. Beliau pun menjawab “Ibumu!” Selanjutnya orang itu bertanya lagi: “Lalu siapa?” Belia menjawab: “Ayahmu.” (Muttafaqun ‘Alaih).

Hadits di atas memerintahkan, agar kita senantiasa berbuat baik pada kerabat terutama adalah ibu, lalu ayah. Didahulukannya ibu, karena ia telah mengandung, menyusui, mendidik dan tugas berat lainnya. “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya setelah dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu” (QS Luqman [31] :14).

Karena beratnya tugas orangtua, maka seorang anak diwajibkan untuk memperlakukan mereka dengan baik, bahkan membantahnya dengan kata-kata “Ah” pun tidak diperkenankan. Pengorbanan seorang ibu tidak dapat diukur dengan materi. Ketika melahirkan kita, ia berkorban darah dan berjuang antara hidup dan mati. Bahkan, ada ungkapan yang menyatakan andai pada saat-saat kritis melahirkan kita, seorang ibu diminta untuk memilih antara nyawanya dengan nyawa anaknya, maka seorang ibu akan memilih menyelamatkan anaknya dari nyawanya sendiri. Ia rela menanggung rasa sakit sembari menyusui anaknya dengan ikhlas.

Selanjutnya ia mengasuh dan mendidik kita hingga dewasa. Sehingga wajar jika dikatakan “Surga di bawah telapak kaki ibu.” Tetapi, apakah ungkapan “Surga di bawah telapak kaki ibu” hanya berarti, bahwa jika ingin masuk surga seorang anak harus berbuat baik pada ibu bapak? Tidak. Pada sosok seorang ibu juga melekat tanggung jawab yang berat. Jika kita artikan secara bebas, ”Surga di bawah telapak kaki ibu” dapat juga berarti bahwa masa depan seorang anak di akhirat nanti sangat

tergantung pada ibu. Ibu sebagai seorang pendidik, ibu sebagai seorang suri tauladan keseharian bagi anak-anaknya, sehingga seorang ibu sangat berperan dalam mengantarkan mereka masuk surga.

Lalu mengapa ”surga di bawah telapak kaki ibu” bukan telapak tangan ibu atau di kepala ibu? Secara tersirat kaki berarti tindakan dan tingkah laku (akhlaq). Artinya, akhlaq seorang ibu sangat mempengaruhi akhlaq seorang anak dan akhlaq inilah yang akan menentukan masa depannya di dunia dan di akhirat. Wajarlah, jika Rasulullah SAW berpesan pada setiap orang tua: ”Tiada yang ditanam oleh orang tua kepada anaknya yang lebih baik daripada akhlaq yang mulia.”

Telapak kaki adalah organ tubuh dimana seseorang membuat jejak perjalanan. Jejak kaki ibu adalah langkah-langkah seorang ibu dalam membesarkan anaknya dari detik, menit, hari, minggu, bulan hingga hitungan tahun. Setiap perlakuan ibu, ucapan, sentuhan, selalu ada bekas di otak anaknya. Apapun yang ibu lakukan dan berikan, kemana saja sang ibu membawa sang anak, akan terekam dalam otak anak dan dapat menimbulkan efek dimasa yang akan datang.

Surga berada di telapak kaki ibu berarti surga ada dalam perjalanan ibu dalam mengurus anak. Jejak-jejak ibu pada anak sejak masa kehamilan, ketika dalam buaian dan pangkuan, sampai ia lepas hingga akil baligh, yakni ketika anak mulai dikenai hukum dosa dan pahala, itulah yang menentukan akan menjadi apa seorang anak kelak. Yang paling banyak berinteraksi dengan seorang anak adalah ibu. Perjalanan ibu membesarkan anak merupakan sebuah proses perjalanan membangun pikiran anak.

Mampukah seorang ibu membangun pikiran anaknya untuk lebih mengenal Tuhan dan menemukan kebenaran ayat-ayat Allah Subhanahu Wata’ala? Mampukah jejak kaki ibu mengantarkan anaknya ke surga?

Lingkungan pertama yang berperan penting menjaga keberadaan anak adalah keluarga sebagai lembaga pendidikan yang paling dominan secara mutlak, kemudian kedua orangtuanya dengan sifat-sifat yang lebih khusus. Pada orangtua, terlebih lagi pada diri seorang ibu melekat kewajiban untuk mendidik secara aktif putra-putrinya. Anak telah menghabiskan waktu sembilan bulan di dalam perut ibunya, memperoleh makanan dari tubuh, ruh dan darah ibunya, maka ibu sebagai pihak yang paling dekat dengan anak hendaknya tidak melewatkan interaksi kesehariannya dengan sang anak dalam konteks pendidikan.

Begitu berat tugas orang tua terutama ibu dalam mendidik anak. Sehingga diperlukan seluruh potensi kebaikan pada diri ibu, diperlukan pengetahuan dan pengetahuan praktis tentangnya. Ibu, sebagaimana juga ayah, perlu mengetahui prinsip dasar pendidikan anak. ”Surga di bawah telapak kaki ibu”. Pada diri ibu terletak tanggung jawab besar mengantarkan anaknya ke surga dengan memberikan pendidikan terbaik. Ibu adalah tauladan, ibu adalah contoh sempurna dalam akhlaq dan tindakan. Kebahagiaan dan kesengsaraan anak baik di dunia maupun di akhirat sangat dipengaruhi oleh sosok seorang ibu. Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda atas keikhlasan seorang ibu yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan mendidik putra-putrinya. 

IB KHORI

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Majalah Kubah Emas Powered By Blogger.