NET |
MKE, Jakarta - Orang lebih mengenal sosok Muhammad saw sebagai seorang rasul yang hidup sangat sederhana. Padahal sebelum menjadi utusan Allah, beliau merupakan entrepreneur (pengusaha) sukses. Bahkan profesinya sebagai pedagang, lebih lama dibanding masa kerasulannya. Anda pun mungkin terkejut bila sejarah ternyata mencatat Rasulullah saw juga seorang kaya raya dengan harta berlimpah.
Abu Thalib merupakan salah satu anak Abdul Muthalib yang paling sederhana hidupnya. Muhammad saw di asuh pamannya itu setelah kakeknya, Abdul Muthalib, wafat menyusul kedua orang tuanya. Di bawah asuhan Abu Thalib jejak kemandirian Muhammad saw mulai bisa ditelusuri.
Tidak jarang Muhammad kecil membantu ekonomi keluarga sang paman, bekerja ”serabutan” kepada penduduk Makkah. Muhammad saw juga mendapat upah beberapa qirath (gaji dalam bentuk dinar/dirham) dari pekerjaan menggembalakan kambing-kambing penduduk Makkah. Pengalaman masa kecil seperti inilah yang menjadi modal psikologis Muhammad saw ketika menjadi wirausahawan di kemudian hari.
Karir bisnis Muhammad saw dimulai pada umur 12 tahun, ketika ikut Abu Thalib berdagang ke Syam (kini dikenal sebagai Suriah). Saat itu beliau kerja magang pada pamannya. Setelah memiliki pengalaman, pada usia 17 tahun Muhammad saw memulai berdagang sendiri. Selain untuk ikut meringankan beban pamannya, Muhammad saw memang diharapkan menjadi pedagang, sebagaimana anggota suku Quraisy lain yang umumnya pedagang sukses.
Muhammad saw merintis karirnya dengan berdagang kecil-kecilan di Makkah, dengan membeli barang-barang dari satu pasar, lalu menjualnya kepada orang lain. Sampai kemudian beliau menerima modal dari para investor, juga para janda kaya dan anak-anak yatim yang tidak sanggup menjalankan sendiri dana mereka. Muhammad saw menjalankan perdagangan mereka dengan sistem bagi hasil maupun menerima upah.
Dalam berbisnis, Muhammad saw selalu melakukan dengan kejujuran, memegang janji, dan sifat terpuji lain. Sehingga penduduk Makkah mengenal pebisnis itu sebagai ”al-amin” atau orang yang terpercaya. Perangai yang baik, ditambah kepiawaiannya dalam berdagang menjadikan para pemilik modal di Makkah semakin beruntung bekerjasama dengan Muhammad saw. Sehingga semakin banyak diantara mereka yang membuka peluang kemitraan dengannya.
Salah satunya pebisnis terkemuka Makkah bernama Khadijah binti Khuwailid juga mendengar etos kerja dan kemuliaan sifat Muhammad saw. Karena itu Muhammad saw direkrut sebagai manajer pengelola bisnisnya. Belakangan, Muhammad menikah dengan Khadijah dan menjalankan bisnis bersama.
Kurang lebih 28 tahun Muhammad saw mengembangkan bisnis perdagangan. Wilayah perdagangannya meliputi Syam (Suriah), Bahrain, Yordania dan Yaman, Busro, Iraq, dan kota-kota perdagangan di Jazirah Arab lain. Menurut satu riwayat, sebelum menikah Muhammad saw menjadi manajer perdagangan Khadijah ke pusat perdagangan Habashah (Ethiopia) di Yaman. Beliau juga empat kali memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syam (Suriah) dan Jorash di Yordania.
Dalam semua perjalanan dagang tersebut beliau selalu mendapatkan sukses besar, tanpa pernah merugi. Dari peta perjalanan bisnisnya, di usia muda Muhammad saw sudah menjadi pedagang regional karena perdagangannya meliputi hampir seluruh Jazirah Arab.
Setelah menikah Muhammad saw menjalankan usaha perdagangannya seperti biasa, sebagai manajer sekaligus mitra dalam usaha istrinya. Tiga dari perdagangan beliau yang sempat diberitakan adalah perjalanan dagang ke Yaman, Najd, dan Najran. Disamping itu beliau juga sibuk mengurus perdagangan grosir di kota Makkah, serta terlibat dalam urusan dagang selama musim haji, misalnya di pasar Ukaz dan Dzul Majaz. Boleh dikatakan, bisnis yang dilakukan Muhammad saw dan Khadijah hingga menjelang pengangkatan kenabiannya adalah bisnis konglomerat.
Bila dihitung karir bisnis Muhammad saw, yang dimulai ketika umur 12 tahun (perjalanan dagang ke Syam/Suriah) sampai diangkat menjadi rasul di umur 40 tahun, berarti profesi ini beliau jalani selama 28 tahun. Ini belum termasuk kegiatan dagang yang dilakukannya setelah menjadi rasul. Bandingkan dengan masa kerasulannya yang berjalan selama 23 tahun, sejak umur 40 tahun hingga wafat pada umur 63 tahun.
Kaya Raya
Diantara informasi tentang kekayaan Muhammad saw sebelum kenabian adalah jumlah mahar yang dibayarkan saat menikahi Khadijah. Beliau menyerahkan 20 ekor unta muda sebagai mahar, ditambah 12 uqiyah emas (1 uqiyah sekitar 40 dirham syar’i; 1 dirham syar’i sekitar 3,770 gram). Suatu jumlah yang sangat besar apabila dikonversi ke mata uang sekarang. Muhammad saw juga menyembelih satu-dua ekor unta yang lakukan untuk jamuan pernikahannya.
Hal ini berarti Muhammad saw telah memiliki kekayaan yang cukup besar ketika beliau akan menikahi Khadijah. Kekayaan itu semakin bertambah setelah menikah, karena harta beliau digabung dengan harta Khadijah dan terus dikembangkan melalui perdagangan.
Setelah kerasulannya, kekayaan Muhammad saw bisa dibagi menjadi tiga. Pertama fai’ (harta benda) yang diberikan kepada beliau dan kaum muslimin, tanpa melewati pertempuran. Harta ini misalnya didapat dari Bani Nazdir yang mengingkari pakta perdamaian Madinah. Mereka mohon jaminan keselamatan untuk meninggalkan Madinah dengan memberikan fai’. Kedua al-shafi, yaitu harta yang dipilih Rasulullah dari ghanimah (rampasan perang) sebelum dibagikan. Dan ketiga al-sahm, yaitu beberapa bagian diluar seperlima yang merupakan hak Rasul.
Muhammad saw juga memiliki banyak unta perah dan 20 untanya pernah dirampas oleh Uyainah bin Hishn. Beliau juga ditopang kekayaan dalam berdakwah. Di antaranya mempunyai unta dari jenis terbaik (al-qashwa) dan keledai pilihan, sehingga memudahkan perjalanan dan perjuangannya. Di luar itu beliau juga rutin menerima gaji yang besar dari Baitul Maal (lembaga keuangan Islam).
Disamping itu harta beliau juga berasal dari hadiah yang diberikan para pembesar dan penguasa yang menjalin hubungan diplomatik dengannya. Misalnya hadiah dari Muqaiqis, penguasa Mesir, yang menghadiahinya tiga hamba sahaya, 20 potong baju pembesar, umamah (penutup kepada laki-laki), serta beberapa keledai dan kuda. Dari hadiah itu Muhammad saw memberi Hatib bin Abi Balta 100 dinar dan lima potong baju.
Al-Haris bin Syamr al-Ghassani juga pernah menghadiahkan kepada Muhammad saw 100 gram emas dan sejumlah pakaian. Sebaliknya Rasulullah saw pernah memberi hadiah kepada beberapa penguasa, seperti kepada gubernur Kisra di Yaman berupa emas dan perak. Beliau juga mempunyai kekayaan tanah di Fadak (daerah pemerintahan otonomi Yahudi di Hijaz) pemberian kaum Yahudi Fadak.
Muhammad saw banyak menggunakan harta kekayaannya di jalan Allah, seperti untuk menyantuni fakir miskin, anak yatim, dan proyek sosial lain. Akibatnya, harta kekayaannya pun sedikit demi sedikit berkurang. Bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan beliau tidak menyimpan kekayaan di rumah, dan barang-barang yang ditemui di rumahnya hanya beberapa peralatan masak dan tikar untuk alas tidur.
Muhammad saw memang dikenal suka bersedekah dan dermawan. Pernah seusai Perang Hunain, Muhammad saw membagikan 1.500 onta kepada beberapa orang Quraisy. Ketika kembali dari Perang Hunain, beliau juga disodori uang hasil rampasan perang. Beliau berkata, ”Letakkanlah uang itu di masjid”, dan jumlah uang itu yang terbanyak yang pernah diterimanya. Kemudian beliau shalat di masjid itu, tanpa menoleh kepada uang tadi. Ketika beliau selesai shalat, beliau duduk dekat uang itu dan memberikannya kepada setiap orang yang memintanya. Kemudian baru beliau berdiri setelah uang itu habis.
Dari satu riwayat diceritakan, suatu ketika datang seseorang kepada beliau meminta sesuatu. Oleh beliau diberilah orang itu kambing yang banyak. Saking banyaknya sampai memenuhi jalan antara dua bukit. Lalu orang itu kembali kepada kaumnya dan berkata, ”Masuk Islam-lah kamu sekalian. Sesungguhnya Muhammad bila memberi, dia seperti orang yang tidak takut miskin.”
Muhammad saw dikabarkan juga pernah menerima 90.000 dirham. Kemudian uang itu diletakkannya di atas tikar. Lalu uang itu beliau bagi-bagikan kepada orang banyak, dan beliau tidak menolak permintaan siapa pun yang meminta sampai uang itu habis.
Teladan Umat
Muhammad saw sebagai Rasulullah merupakan teladan yang baik (uswatun hasanah) bagi semua lapisan masyarakat. Maka, pada saat tertentu beliau menjadi orang kaya, di saat lain menjadi orang miskin, dan beliau juga pernah berada pada posisi diantara keduanya.
Muhammad saw pernah menjadi orang kaya, agar umatnya dapat mencontoh bagaimana beliau berinteraksi dengan harta. Seperti bagaimana memperoleh harta dengan baik, mensyukuri kekayaan, atau membelanjakannya di jalan yang benar.
Sebaliknya, beliau juga pernah menjadi orang miskin, agar dapat menjadi contoh yang baik bagi umatnya yang kekurangan. Misalnya bagaimana cara bersabar, menjaga kehormatan dalam kemiskinan, serta bagaimana keluar dari jeratan kemiskinan dengan cara yang baik. Begitu pula halnya ketika beliau berada pada posisi antara kaya dan miskin.
Sebagai sosok figur teladan, memang Muhammad saw mempunyai keunikan tersendiri mengenai kekayaan. Maka, tidak adil bila sementara ini banyak dari pengemuka agama hanya mengemukakan kesederhanaan/kemiskinan beliau, karena Muhammad saw pernah pula menjadi enterpreneur sukses dengan kekayaan yang berlimpah.
Setelah mengetahui catatan sejarah Muhammad saw dari sisi lain, keputusan di tangan Anda. Apakah Anda terpacu untuk mencontoh beliau menjadi orang miskin atau orang kaya?
ABAH SIDIK
Posting Komentar