Ilustrasi, NET |
MKE, Jakarta - Ihdinash-shirathal mustaqim, shirathalladzina- an`amta `alaihim… Begitulah seorang muslim melafazhkan kalimat per kalimat dua ayat saat membaca Surah Al Fatihah. Artinya, tunjukilah kami kepada jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat….
Seorang muslim senantiasa membacanya pada setiap raka’at shalat, saat beribadah kepada Allah. Satu isyarat yang menunjukkan, betapa pentingnya hidayah, sehingga seorang muslim harus memohonnya, minimal tujuh belas kali dalam satu hari satu malam. Hidayah itu sangat dibutuhkan, sebagaimana tubuh membutuhkan makanan dan minuman. Begitulah, hatinya juga memerlukan hidayah sebagai sarana memenuhi kebutuhannya.
Hidayah merupakan sentuhan lembut Ilahi, yang akan mengantarkan seorang hamba kepada pantai kebahagiaan. Ia merupakan wujud kasih-sayang Ilahi, sehingga seorang hamba tidak terjatuh ke dalam jurang kesalahan dan kesengsaraan. Ia menuntun seorang hamba yang dikuasai hawa nafsu, sehingga menjadi terbimbing kepada kehendak Dzat Yang Maha Kuasa. Maknanya, Allah tidak membiarkan seorang hamba berada dalam kesendirian ketika mencari kebenaran. Akan tetapi, tanganNya menuntunnya ke arah yang Dia ridhai.
Seorang hamba Allah, Ibu Hj Yetty (49 tahun) yang tinggal di kawasan Kedung Halang Bogor tak henti-hentinya memohon doa dan berharap hidayah untuk kesuksesan putra putrinya. “Anak adalah aset bagi orang tuanya. Anak yang menyebabkan orang tuanya masuk surga, dan anak pula yang menyebabkan orang tuanya masuk neraka. Salah mendidik dan mengarahkan anak, petaka bagi orang tuanya,” sambung Ibu Hj Yetty. Perbincangan ini terjadi ketika Ibu Hj Yetty bermaksud akan menikahkan putrinya di Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri di bulan Januari 2008. Perbincangan ini disampaikan kepada penulis sebagai kisah nyata.
Dikaruniai 3 putra putri hasil pernikahannya dengan H. Zainal Abidin, alhamdulillah dalam kesehariannya Ibu Hj Yetty hidup dengan berkecukupan. Putri tertuanya Nana Rosdiana (27 tahun), telah menyelesaikan S1 dari sebuah universitas swasta di kota Bogor sejak tahun 2003. Nana Rosdiana sejak kecil hidup dalam lingkungan harmonis dengan tetangga sekitar dan didikan agama yang sangat baik dari kedua orang tuanya. Tumbuh sebagai seorang gadis yang lincah, pandai dan mempunyai paras yang sangat cantik tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Ibu Hj Yetty. Dengan warna kulit kuning langsat, tentunya seorang gadis seperti Nana Rosdiana menjadi idaman setiap lelaki yang berada di sekelilingnya. Nana Rosdiana yang telah bekerja pada perusahaan biro perjalanan di kota Bogor sejak tahun 2004 tentunya ingin membahagiakan kedua orang tuanya ketika semua yang diraihnya telah tercapai. Telah menjadi sarjana dan bekerja tentu target selanjutnya keinginan dari seorang Nana Rosdiana untuk membina rumah tangga, keinginan yang sudah mulai ada sejak tahun 2004. Sang ibupun bak gayung bersambut, diupayakannya untuk dijodohkan dengan beberapa kerabat dekatnya. Sang arjuna yang dinanti nantikan sama sekali belum menampakkan kehadirannya.
Sebagai seorang gadis, sikap pasif Nana Rosdiana selalu ia jaga tentunya sesuai norma norma ketimuran yang ia ketahui. Rasanya tidak etis kalau sang gadis terlalu reaktif terhadap dirinya dalam mencari pasangan hidup. Dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, seusia Nana Rosdiana tentu sudah pantas untuk berumah tangga terlebih lagi banyak teman seusia di lingkungannya sudah mendapatkan jodoh. Rasa penasaran tentunya terus menghinggapi sang ibu. Dalam penuturannya kepada penulis, sang ibu penasaran kenapa anaknya yang begitu cantik, berkulit kuning langsat, pandai bergaul serta sopan tidak kunjung mendapatkan tambatan hatinya. Dalam bahasa kias sang ibu, “dicolekpun tidak”, padahal banyak teman dan tetangga sang anak yang sudah menikah, walaupun untuk ukuran kecantikan tidak secantik sang anak. Rasa penasaran sang ibu ini tentunya akan bermuara kepada sang khalik, bahwa jodoh, rezeki dan maut adalah hak qodho / ketentuan Allah, sebagai manusia tentunya hanya berusaha, semuanya kembali kepada kehendak Allah.
Sudah 4 tahun lebih kondisi ini terus berlalu, doa dan harapan tak henti hentinya dipanjatkan sang ibu untuk kebaikan putrinya. Rasa was was terus menghinggapi sang ibu mengkhawatikan pergaulan lingkungan yang tidak baik menimpa putrinya. Seiring dengan berjalannya waktu, di penghujung tahun 2007 sang ibu berziarah sambil beribadah di Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri. Masjid yang diketahuinya dari pemberitaan media cetak dan elektronik ini menggugah rasa keingintahuan sang ibu tentang profil masjid itu sendiri. Masjid dengan kubah berlapis emas dan sosok seorang Ibu Hj Dian Juriah Maimun Al Rasyid yang membangun kawasan masjid seorang diri menjadi bahan renungan baginya. Subhanallah, tanpa sadar terucap di lisan sang ibu menyaksikan kemegahan baitullah di depannya.
“Setelah berputar putar mengelilingi lingkungan masjid dan mendapati informasi tentang profil masjid dari bulletin masjid yang terdapat di pintu pintu masuk masjid, saya pun bergegas masuk ke dalam masjid untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat ashar berjamaah,” kenang ibu Yetty. Selesai sholat, diniatkannya oleh sang ibu untuk beriktikaf, mengagungkan hantaran pujian pujian kepada Sang Pencipta seraya bermunajat di Baitullah yang begitu megah, tergetar hatinya akan kebesaran Allah SWT. “ Di kesempatan itulah, dalam kepasrahan totalitas doa saya bernadzar jika anak saya mendapatkan jodohnya maka akan ia nikahkan di Masjid Kubah Emas ini,” tambah ibu Yetty. Mengalir begitu saja segala permintaan dan nadzar dengan penuh kepasrahan.
Sepulang dari Masjid Kubah Emas, hari demi hari sang ibu menghabiskan waktunya seperti biasanya. Dengan membuka usaha toko kelontong yang cukup besar, usaha yang dirintisnya mulai dari usaha kecil kecilan, hingga saat ini telah mampu menopang kebutuhan rumah tangga bersama sang suami.
Hingga akhirnya di awal tahun baru 2008 tepatnya 2 minggu setelah kepergiannya ke Masjid Kubah Emas, datanglah sahabat lama dari sang suami semasa kuliah di Semarang untuk urusan pekerjaan proyek di daerah Bogor. Selama ini komunikasi dengan kawan lama sang suami dilakukannya melalui telepon dan hampir lebih kurang 15 tahun tidak bertemu. Masing masing pihak tentunya saling melepas nostalgia mengenang masa masa berkesan. Dalam sebuah jamuan makan siang bersama, muncullah sang putri Nana Rosdiana membantu sang ibu menyuguhkan makanan kepada sahabat lama sang ayah. Di sela sela jamuan makan siang itulah perbincangan berlangsung hangat dan akrab hingga akhirnya sang sahabat suami membisikkan candaan serius kepada Ibu Yetty dan sang suami. “ Kayaknya kita akan besanan nih,” ungkapnya. Sontak Ibu Yetty terperangah dan sedikit tidak percaya apa yang diucapkan sahabat sang suami. Betapa tidak, hampir 5 tahun sang ibu berusaha mencarikan jodoh untuk si anak namun gagal dan hampir 5 tahun pula sang anak tidak pernah “dilirik” oleh lawan jenisnya.
Hari bahagia pun tiba, 2 minggu setelah pertemuan pertama sang sahabat suami datang bersama istri dan keluarga besarnya serta putra tunggalnya ke Bogor untuk melamar sang putri Nana Rosdiana. Rasa bahagiapun terpancar di kedua keluarga besar ketika disebutkan rencana pernikahan diupayakan dalam jangka waktu satu bulan sejak lamaran, dikarenakan sang calon suami akan ditempatkan di tempat kerja baru di Bangkok – Thailand. Teringat akan nadzar sang ibu, bersegeralah sang ibu menemui pengurus Masjid Kubah Emas untuk diagendakan jadwal akad nikah di masjid.
Subhanallah, jika Allah berkehendak, segala sesuatunya berlangsung sangat cepat dan diluar rencana manusia. Ketika penulis bertemu dengan Nana Rosdiana, perasaan aneh bercampur heran sempat terekam dalam benak penulis. Wajah sangat cantik, manis, kulit kuning langsat, tinggi semampai, rasa rasanya tidak mungkin jauh dari jodoh. Dalam pandangan sesaat, rasa rasanya tidak mungkin tidak ada lelaki yang “mencoleknya”. Tapi itulah kenyataannya, yang sangat berbeda dari yang diharapkan.
“Ya Allah, Hiasillah kami dengan hiasan iman. Jadikanlah kami pemberi petunjuk untuk manusia yang telah Engkau beri hidayah, tidak sesat dan menyesatkan. Jadikanlah kami untuk tetap mencintai orang yang mencintai karena-Mu.”
YC
Posting Komentar